Menelaah Nelangsa Pekerja Migran Indonesia
Menelaah Nelangsa Pekerja Migran Indonesia
Sumber gambar: https://www.euronews.com/2020/08/24/qatar-many-migrant-workers-not-paid-or-paid-too-late-report-claims
Dibalik meriahnya antusiasme pencinta sepak bola menanti FIFA World Cup 2022 Qatar, ada kisah suram tentang penderitaan kaum pekerja migran. Sebagaimana yang dilaporkan oleh Vachhatani (2021) untuk situs RepublicWorld.com, sekitar 7000 pekerja migran merenggut nyawa dalam proses pembangunan stadium, jalan, dan infrastruktur lain yang berhubungan dengan pementasan olahraga terbesar seduina tersebut.
Pihak
pemerintahan Qatar sendiri beranggapan bahwa kematian para pekerja migran ini
tidak lain disebabkan oleh masalah imunitas para pekerja dan penyebab alami
lainnya. Namun, investigasi yang lebih mendalam mengindikasian adanya
tanda-tanda penganiyayaan, dan bahkan perbudakan yang dialami oleh para pekerja
migran di Qatar.
Terlebih lagi, sebagian besar korban jiwa berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Hal ini tentunya membuat gusar jurnalis dan aktivis, mengingat sejarah panjang diskriminasi dan perbudakan di Qatar terhadap pekerja asing dari Asia Selatan dan Tenggara. Beberapa pekerja migran pun mulai memberanikan diri mereka untuk berbagi perihal pengalaman mereka selama bekerja di Qatar. Mulai dari gaji yang acap kali tidak diterima, sanitasi tempat singgah buruh yang jauh dari kata pantas, hingga perlakuan kasar dan penyiksaan fisik dan batin selama bekerja.
Mengingat
hal-hal di atas, agaknya sukar apabila kita menelan pernyataan pemerintahan
Qatar mentah-mentah apabila para pekerja migran tersebut meningegl secara
alami. Namun, nelangsa pekerja migran Indonesia di Qatar tidak hanya terbatas pada
penganiyayaan tenaga buruh kasar semata. Akan tetapi, kaum asisten rumah tangga
juga sering menjadi korban pelecehan dan kekerasan.
Salah
satu kasus penindasan asisten rumah tangga asal Indonesia yang cukup
mencengangkan terjadi pada tahun 2017. Kala itu, Siti Rabitah yang baru saja bekerja
selama 3 hari di rumah majikan barunya tiba tiba dibawa ke rumah sakit. Di
sana, ia kemudian dibius dan kemudian, dicuri ginjalnya. Perlu dicatat bahwa
kejadian ini bukan lah yang pertama kalinya, acap kali asisten rumah tangga
dijanjikan gaji tinggi, namun justru dicuri organnya (Nugraha, 2017)
Di
sisi lain, penindasan dan pelecehan Tenaga Kerja Wanita juga kerap terjadi di
Negara sesama Asia, seperti Malaysia. Sebut saja kasus pelecehan seksual,
kekerasan dan penundaan pembayaran gaji yang sering terulang, lagi dan lagi.
Misalnya, dalam 3 tahun terakhir, pihak Migrasi
Indonesia menangani belasan kasus laporan dimana Tenaga Kerja Wanita asal
Indonesia mengalami berbagai macam bentuk penganiyayan, Mulai dari pemukulan,
sengaja diberi makanan basi, hingga disekap di ruangan sempit. Selain itu,
kasus di mana TKW yang bekerja sebagai asisten rumah tangga bekerja tanpa
digaji selama berbulan-bulan dan dilarang untuk berkomunikasi dengan keluarga
mereka (Sutrisno, 2020).
Berbagai kisah nelangsa kaum pekerja migran Indonesia
nampaknya terus terjadi tanpa ada tanda-tanda akan berhenti. Pihak Pemerintahan
Indonesia, Kementrian Ketenagakerjaan dan institusi terkait lainnya harusna
sudah tahu Negara Negara mana saja yang rawan akan terjadinya penganiyaayn dan
perbudakan migran. Namun, kita tetap saj mengirim putra dan putri Tanah Air
untuk dieksploitasi di negeri orang. Semuanay atas nama devisa Negara, semuanya
atas nama menimbun valuta asing.
Nugara, Panca. (27 Ferbuari, 2017). Indonesian Worker Shocked to Find Kidney Had Been Removed After Working in Qatar. Jakarta Post: https://www.thejakartapost.com/news/2017/02/27/indonesian-woman-shocked-to-find-kidney-had-been-removed-after-working-in-qatar.html
Vachhatani, Jitesh. (24 Januari, 2021). Over 6750 Asian Migrant Workers Reported Dead Amid Prep For 2022 Qatar World Cup: Report. https://www.republicworld.com/world-news/rest-of-the-world-news/6750-asian-migrant-workers-reported-dead-while-working-for-2022-qatar-world-cup-report.html
Komentar
Posting Komentar